KHUTBAH JUM’AH :
MENGENDALIKAN MULUT, MELAPANGKAN RUMAH, DAN MENANGISI KESALAHAN
Oleh : Hasysa
PERTAMA :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمدُ للهِ الذي أَمَرَنَا بِحُسْنِ الْاقوال الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَبِالدَّعْوَةِ إِلَى سَبِيلِهِ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ، وَبِالجِدَالِ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعَلَى آلِهِ وَأصحابِهِ ومَنْ تبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّيْن.
أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُّتَّقُونَ·
Hadirin, Sidang Jum’ah Rahimakumullah !
Segala puji bagi Allah yang memerintahkan kita bertutur kata yang santun, bijak dan penuh kebajikan, yang memerintahkan berdakwah melalui jalan-Nya dengan bijaksana dan pembelajaran yang baik, dan yang memerintahkan berdiskusi dengan pula. Singkatnya, Allah SWT memerintahkan agar kita pandai mengendalikan sikap perilaku dan tutur kata. Dalam konteks ini, khatib akan menyampaikan khutbah untuk kita jadikan perenungan bersama.
Pertama : Setan mengintai dari segala arah
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (الإسراء: 53)
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra’: 53)
Dalam ayat tersebut Rasulullah diperintahkan Allah SWT agar dalam berbicara supaya megucapkan perkataan yang baik. Dilarang berbicara dengan orang-orang musyrik dan lainnya, ataupun pada saat berdebat dengan mereka mempergunakan kata-kata yang kasar dan maki-maki atau menimbulkan kebencian, tetapi harus menggunakan kata-kata yang benar dan mengandung pelajaran yang baik. Lebih-lebih lagi jika pembicaraan itu tertuju kepada sesama muslim. Allah SWT berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (النحل: 125)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Q.S. An-Nahl, 16 : 125)
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai diri Umar Ibnu Khatab, bahwa seseorang laki-laki memakinya, sehingga Umar mencacinya dan hampir saja membunuhnya, sehingga kemudian hampir saja terjadi huru hara, lalu turunlah ayat ini. Dalam pada itu Allah SWT memberikan alasan dari larangan-Nya itu, bahwa setan itu bisa merusakkan suasana antara orang-orang yang Mukmin dan orang-orang musyrikin, dan menyebarkan bencana di antara mereka, sehingga perselisihan di kalangan mereka bisa menimbulkan pertentangan, bahkan perkelahian. Dalam hal ini Rasulullah saw pernah melarang seorang laki-laki muslim menudingnya dengan menggunakan sepotong besi, karena khawatir kalau-kalau setan melepaskan senjata dari tangannya lalu mengenai dan jatuhlah ke dalam lubang api neraka. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah, ia berkata:
لاَيُشِيْرُ أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيْهِ بِالسِّلاَحِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ فَيَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ (رواه البخاري ومسلم والترمذي وأحمد)
“Janganlah seorang di antara kamu mengacung-acungkan senjata (menteror) kepada saudaranya, maka sesungguhnya ia tidak mengetahui, boleh jadi setan melepaskan senjata dari tangannya, sehingga dia akan masuk ke lembah siksaan neraka”.
Oleh sebab itu, sungguh prihatin jika kita sesama muslim karena suatu hal, entah itu beda faham atau pendapat, beda strategi politik, beda organisasi, beda kelompok atau jamaah, lantas dengan mudah saling mencaci, menghina, atau menjelek-jelekkan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Hadirin, Sidang Jum’ah Rahimakumullah !
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia, yang sudah berlangsung lama. Maka segala ucapan yang tidak sepatutnya diucapkan oleh seorang muslim kepada sesamanya atau kepada yang lain dan tindakan-tindakan tercela adalah tidak lepas dari intervensi setan yang sangat lihai dan licik untuk melancarkan tipu daya kepada manusia. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ (الأعراف: 17)
“Kemudian saya (setan) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka”. (Q.S. Al A’raf, 7 : 17)
Kedua : Tiga sasaran bidikan setan
Di antara sasaran bidikan setan kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari agar timbul fitnah atau petaka dalam kehidupan adalah : pertama, lisan. Ada pepatah “Mulut kamu Harimau kamu”. Mulut termasuk yang paling sering menjadi sumber fitnah. Gara-gara mulut rumah tangga atau keluarga bisa hancur. Gara-gara mulut persahabatan pecah. Gara-gara mulut berbagai perselisihan, pertengkaran, bahkan peperangan terjadi. Kita pun terseret oleh setan. Kita merasa paling hebat, paling pandai, paling bersih, paling suci, paling benar, lalu kita menjadi kritikus. Segala persoalan hidup yang muncul kita kritisi seolah-olah kitalah yang sanggup menyelesaikan segala persoalan itu. Semakin banyak kritikan ataupun komentar, kita merasa semakin hebat dan semakin pandai. Padahal sebaliknya. Semakin mulut banyak bicara justru semakin besar peluang untuk terpeleset dan jatuh pada kedustaan.
Kedua, kondisi rumah tempat tinggal. Di sini setan masuk menyeret kita. Buat rumah yang mewah, kalau perlu paksakan, entah dari manapun uangnya. Bikin yang menyolok yang terlihat paling “wah” di lingkungan sekitarnya. Semakin warga di sekitarnya silau akan semakin besar dada kita, meskipun rumahnya besar dan luas serta penuh dengan segala perabotnya termasuk berbagai benda-benda antik yang mahal harganya di dalamnya, namun terasa sempit, sesak, karena penuh dengan segala kerahasiaan, di samping para tetangga dan orang lain tidak mudah untuk masuk bersilaturrahim. Setan pun terus mendesak kita, tidak apa-apa. Jalan terus ! Padahal rumah yang semula diharapkan menjadi “surgaku rumahku” terasa “nerakaku rumahku”. Betapa tidak ? Gara-gara rumah seperti itu, dada terasa sesak dan batin pun senantiasa gundah. Jangan-jangan ada tetangga atau orang lain yang iri, memfitnah, lalu mengambil barang kita. Bagaimana kalau ada maling, rampok, dan tangan-tangan jahil ? Benar ! Tetangga dan siapapun memang sulit untuk masuk ke dalamnya karena pagar sedemikian kokohnya dan pintu berlapis-lapis, bahkan ada satpam pula. Akibatnya tugas pembantu semakin berat karena harus menjadi pengatur protokoler di rumah itu. Hidup tidak leluasa lagi.
Ketiga, tidak menyadari kesalahan. Di sini setan lebih halus lagi menyeret kita. Sebab jika kita berebut merasa diri punya kesalahan akan damailah dunia ini. Maka kita diseret untuk berebut sebagai yang benar. Kita pun lupa bahwa hidup dan kehidupan ini saling keterkaitan. Tidak akan ada akibat jika tidak muncul sebab. Tidak ada gelap jika tidak ada terang. Tidak ada kenyang jika tidak ada lapar. Tidak ada sehat jika tidak ada sakit. Tidak ada namanya orang kaya jika tidak ada yang miskin. Dan seterusnya. Namun karena kita telah terseret setan tadi, maka kita pun selalu ingin benar sendiri. Semula tujuan kita baik hendak menegakkan kebenaran dan keadilan atau memberantas kemunkaran, tetapi kita tidak sadar cara yang kita lakukan atau akibat yang timbul justru kemunkaran juga. Meskipun sebenarnya banyak kesalahan kita, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia dan lingkungan, namun kita tak pernah mau menyadarinya, apalagi menangis menyesalinya.
Hadirin, Sidang Jum’ah Rahimakumullah !
Oleh sebab itu, Nabi SAW mewanti-wanti dalam sabdanya :
أَمْسٍكْ عَلَيْكَ لٍسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتَكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيْئَتِكَ (رواه الترمذي)
“Kendalikan lisanmu, buatlah suasana lapang rumahmu, dan menangislah atas kesalahanmu !” (HR. Tirmizi)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam !” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, dan Darimi)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وبسنة نبيه الكريم صلى الله عليه وسلم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم،فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KEDUA :
الحمد لله رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله الطيبين الطاهرين وعلى أصحابه أجمعين، والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.
Hadirin, Sidang Jum’ah Rahimakumullah !
Kesimpulan
- Mengendalikan lisan; yakni tidak mudah berbicara terutama yang kita sendiri tidak ahlinya atau tidak mengerti permasalahannya.
- Melapangkan rumah tempat tinggal; yakni kita jadikan rumah kita menjadi “surgaku rumahku” yang terbuka seluas-luasnya dan memudahkan untuk menerima tamu siapa saja penuh dengan kehormatan.
- Menangisi kesalahan; yakni menyadari bahwa diri ini manusia yang dha’if setiap saat tak luput dari kesalahan, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia dan lingkungan. Jika merasa terlanjur berbuat kesalahan kita menangis, menyesal, tidak akan berbuat lagi. Sebagai buktinya kita perbanyak amal kebajikan untuk menutup segala kesalahan kita itu.
عباد الله: إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، وعن سائر الصحابة الأكرمين، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اللهم تقبل منا صالح أعمالنا، اللهم إنا نسألك موجبات رحمتك، وعزائم مغفرتك، والسلامة من كل إثم، والغنيمة من كل بر، اللهم لا تدع لنا ذنبا إلا غفرته، ولا هما إلا فرجته، ولا دينا إلا قضيته، ولا حاجة إلا قضيتها ويسرتها يا رب العالمين، اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. اذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم . وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون.