MAU’IZHAH RAMADHAN : “KEHEBATAN DIRI, JAMINAN MASUK SURGA ?”
Oleh : Hasysa
Banyak kehebatan diri, tetapi bisa keluar dari Islam
Salah satu penyakit hati adalah merasa diri paling hebat. Semua orang dipandangnya jauh tak sebanding dengan kehebatan yang dimilikinya. Hati-hati jika penyakit hati seperti ini mulai menyelinap dalam diri dan segera enyahkan jauh-jauh dari diri kita masing-masing, lebih-lebih berkaitan dengan masalah ibadah.
Bisa jadi kita merasa paling hebat, lalu meremehkan orang lain. Misalnya dalam bacaan al-Qur’an, kita remehkan orang lain karena kita merasa lebih hebat kefasihannya, kemerduan alunan suaranya, belum lagi di berbagai tempat umum kita selalu membawa al-Qur’an dan membacanya dengan dilihat orang banyak. Demikian juga dengan shalat, dengan mudah kita memandang shalat orang lain itu belum apa-apa, baik shalat wajib maupun shalat sunnahnya. Bahkan kita mudah memvonis shalat orang lain itu salah, tidak sesuai dengan sunnah Nabi saw. Dalam hal puasapun demikian. Kita merasa lebih hebat dalam melaksanakan puasa Ramadhan dengan berbagai rangkaian ibadah lain selama sebulan penuh. Belum lagi puasa sunnahnya, semuanya kita laksanakan termasuk tidak pernah tertinggal puasa sunnah Senin-Kamis.
Hati-hati jika kita mulai merasa paling hebat dalam bacaan Al-Qur’an, shalat, dan puasa karena kita bisa seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam sabda Nabi saw berikut :
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِى يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ بِشَىْءٍ وَلاَ صَلاَتُكُمْ إِلَى صَلاَتِهِمْ بِشَىْءٍ وَلاَ صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ بِشَىْءٍ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ. (صحيح مسلم – ج 3 / ص 115)
“Suatu kaum keluar dari golongan umatku padahal belum apa-apa bacaan al-Qur’an kamu, shalat kamu, dan puasa kamu, dibanding dengan bacaan al-Qur’an mereka, shalat mereka dan puasa mereka. Mereka membaca al-Qur’an dengan anggapan bahwa hal itu bermanfaat bagi mereka padahal mereka acuhkan, shalat mereka pun sia-sia, mereka keluar dari Islam seperti lepasnya anak panah dari busurnya.” (HR. Muslim)
سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ . (صحيح مسلم – ج 3 / ص 113 (
“Di akhir zaman akan muncul suatu generasi baru, sempit pemahamannya, senantiasa berbicara tentang kebaikan dalam kehidupan, membaca al-Qur’an sebatas kerongkongan, mereka keluar dari agama seperti lepasnya anak panah dari busurnya.” (HR. Muslim)
Hebat shalatnya, puasanya, sadaqahnya, tetapi bisa masuk neraka
Jika di antara kita ada yang merasa paling hebat dalam ibadahnya belumlah menjamin ia pasti masuk surga dan terlepas dari azab neraka. Sebaliknya, jika ada orang yang menurut kita memiliki kekurangan belum tentu tertutup pintu surga baginya. Tidak tertutup pintu surga baginya, meskipun ia dipandang tidak hebat ibadahnya dan bersadaqahpun tidak seberapa, tetapi karena tidak pernah menyakiti tetangganya, sebagaimana dinyatakan dalm sbda Nabi saw berikut :
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِى جِيرَانَهاَ بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى النَّارِ ». قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلاَنَةَ تَذْكُرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلاَتِهَا وَأَنَّهَا تَصَدَّقُ باِلأَثْوَارِ مِنَ الأَقِطِ وَلاَ تُؤْذِى جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ « هِىَ فِى الْجَنَّةِ ».(مسند أحمد – ج 20 / ص 457)
“Seorang sahabat pernah berkata, “Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya ada seorang perempuan menceritakan tentang banyaknya shalat yang ia lakukan, puasanya, sadaqahnya, dan yang lain, namun sesungguhnya ia suka berkata menyakiti tetangganya.” Jawab beliau SAW, “Ia masuk neraka !” Sahabat itu berkata lagi, “Wahai Rasulullah ! Ada seorang perempuan yang lain lagi menceritakan tentang banyaknya kekurangan dalam melakukan puasa, sadaqah, dan shalat, namun sesungguhnya ia pernah bersadaqah beberapa potong roti, sedang ia tidak suka berkata menyakiti tetangganya.” Jawab beliau SAW, “Ia masuk surga !” .” (HR. Ahmad)
Menjauhi sikap takabur, termasuk dalam puasa dan shalat malam (taraweh)
Sekarang, terutama di bulan Ramadhan yang penuh rahmat Allah SWT ini kita sama-sama tidak hanya meningkatkan kuantitas takwa, tetapi juga kualitasnya. Salah satu cara meningkatkan kualitas takwa adalah dengan membersihkan hati dari sikap sombong (takabur), yaitu merasa diri paling hebat dalam beramal ibadah dan paling berhak masuk surga. Sedangkan orang lain yang tidak memiliki kehebatan kita vonis akan masuk neraka. Sikap sombong seperti ini sekecil apapun berbahaya dan dapat menghalangi kita masuk surga. Bukankah semata-mata kehebatan diri dalam beramal ibadah yang dapat menyelamatkan kita, menjadi jaminan masuk surga, tetapi perlindungan dan rahmat Allah SWT yang menyelamatkan kita ? Hadits-hadits berikut perlu kita renungkan kembali :
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (صحيح مسلم – ج 1 / ص 65)
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat ketakaburan meskipun hanya seberat atom.” (HR. Muslim)
لن ينجي أحداً منكم عمله قالوا ولا أنت يا رسول الله قال ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمة (الجمع بين الصحيحين البخاري ومسلم – ج 3 / ص 183)
“Salah seorang di antara kamu sekali-kali (dengan semata-mata membangga-banggakan) amalnya tidak akan dapat menyelamatkannya.” Sahabat bertanya, “Termasuk engkau, wahai Rasulullah?“ Jawab beliau SAW, “Termasuk aku juga, kecuali Allah melindungi aku dengan rahmat-Nya.” (HR. Muslim)
لا يقولن أحدكم إنى صمت رمضان كله وقمته. (أحمد ، وأبو داود ، والنسائى ، والطبرانى ، والبيهقى فى شعب الإيمان عن أبى بكرة، جامع الأحاديث – ج 17 / ص 233)
“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu (untuk takabur) berkata, “Aku telah berpuasa Ramadhan dan shalat malamnya sebulan penuh !” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Thabrani, dan Baihaqi)
Wallahu a’lam bish-shawwab.